Kisah Jimat Kalimasada
Pada jaman dahulu yang
namanya jimat selalu diperebutkan dan selalu berusaha untuk bisa mendapatkannya
walau penuh dengan perjuangan dan melakukan kekerasan demi mendapatkan jimat
yang bisa digunakan untuk kekebalan dan kesaktian diri orang yang memiliki
jimat tersebut. Salah satu yang diperebutkan dalam dongeng ini adalah jimat
kalimasada.
Konon pemilik Jimat
kalimasada adalah Prabu Darmakusuma, salah satu anggota keluarga Pandawa.Yang
diperoleh dari Mbah buyutnya yang bernama Palarasa.Jimat ini sangat ampuh
karena bisa digunakan apa saja sesuai kemauan pemiliknya. Sehingga jimat
kalimasada jadi rebutan para pemimpin dunia.
Ada seorang yang ingin
memiliki kesaktian yang luar biasa. Dia adalah Dewa Serani. Dewa Serani ingin
menguasai dunia, maka dia bertanya pada ibunya Betari Durga (istri Betara
Kala)Bagaimana agar bisa menguasai dunia? Ibunya memberi saran agar dia
memiliki jimat Kalimasada.Siapakah pemilik jimat itu ibu tanya Dewa Serani pada
ibunya.Pemiliknya adalah Prabu Darmakusuma, saudara tertua Pandawa Lima.
Suatu hari Dewa Serani
berhasil mencuri Jimat Kalimasada tersebut, tapi berkat ketangkasan Arjuna
salah satu dari satria Pandawa, jimat itu berhasil direbut kembali.
Sebenarnya ada apa
dibalik dongeng zaman kerajaan Demak ini menurut ajaran Islam? Ternyata yang
dimaksud jimat itu adalah “Azimah” yang artinya sesuatu yang bertuah atau
sakti. Sedangkan “sada” kependekan dari syahadat. Jadi yang dimaksud Jimat
Kalimasada itu adalah Azimat Kalimat Syahadat. Yaitu rukun Islam yang pertama.
Mengucapkan kalimat syahadat.
Itulah sebabnya orang
yang ingin hidupnya tentram, aman dan bahagia dunia akherat, terhindar dari
godaan setan dan jin, mereka harus masuk Islam. Karena syahadat adalah rukun
Islam yang pertama.
Pandawa lima digambarkan
sebagai rukun Islam yang jumlahnya ada lima. Siapa saja mereka itu? Yang
pertama adalah Prabu Darmakusuma atau disebut juga sebagai Yudistira yang
digambarkan dalam wayang kulit dibagian kepalanya memakai ikat atau sumping
yang bertulisana Kalimat syahadat. “ Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan
Muhammad adalah utusan/Rasul Allah”
Sedangkan yang nomer dua
Sena atau Werkudara, mengenakan gelang supit urang, wajahnya menunduk ke
bawah yang menggambarkan orang yang sedang sholat. Bila pekerjaannya belum
selesai dia tidak akan melayani orang lain. Itulah gambaran orang yang sedang
sholat, bila belum selesai tidak boleh membatalkannya hanya karena urusan yang
tidak penting. Werkudara atau Sena punya ajian yang sangat ampuh yaitu
Pancanaka. Lima kekuatan yang diperoleh karena kekhusukannya dalam sholat.
Artinya bila sholat dilakukan dengan baik maka kita akan menjadi manusia yang
tangguh.
Sedangkan Janaka atau
Arjuna atau juga disebut Permadi, punya jiwa yang tguh karena senang
bertapa atau berpuasa. Yaitu rukun Islam yang ketiga. Dengan puasa manusia akan
punya hati yang bersih dan jiwanya kuat menghadapi ujian dan godaan yang sering
datang silih berganti. Selain itu wajah orang yang sering puasa itu juga
berseri seri dan terlihat cerah.
Lalu bagaimana dengan
rukun Islam yang ke empat dan ke lima? Ternyata rukun ini digambarkan oleh
tokoh Pandawa yang lain yaitu Nakula dan Sadewa. Dua satria ini senang bekerja
berpenampilan necis. Karena giat bekerja otomatis mereka sangat kaya. Mereka
tidak pelit membayar zakat. Sebagai rukun Islam yang ke empat.Dengan
kekayaaannya mereka sadar dan merasa mampu untuk menunaikan ibadah haji sebagai
rukun Islam yang ke lima.
Itulah gambaran dari
Pandawa Lima menurut versi kerajaan Demak yang menyebarkan Agama Islam dengan
pendekatan wayang yang ada di pulau jawa.
Bagaimana dengan tokoh
yang ingin mencuri jimat Kalimasada? Dewa Serani adalah masuk dalam
kelompok kafir yang tidak mengakui adanya rukun Islam. Karena Dewa Serani
adalah putra dari Batara Kala yang selalu bersifat jahat dan ingin merusak
tatanan yang sudah baik.
Itulah dongeng singkat
tentang Jimat Kalimasada yang selalu diperebutkan oleh tokoh perwayangan pada
jaman dahulu. Ini merupakan salah satu cara agar dengan mudah ajaran agama
Islam bisa diterima oleh masyarakat yang suka kesenian wayang. Sambil menikmati
kesenian wayang tanpa terasa hatinya disentuh agar bisa menerima kebenaran yang
diajarkan oleh Islam. Tanpa adanya pertumpahan darah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar