f PEMBELAJARAN TEMATIK ~ Drs. SUPRIADI, MSI

Jumat, 30 Maret 2012

PEMBELAJARAN TEMATIK


PERTANYAAN-PERTANYAAN
 SEPUTAR PEMBELAJARAN TEMATIK


DASAR DAN LATAR BELAKANG
  1. Mengapa pembelajaran kelas 1-3 MI diubah menjadi pembelajaran tematik?
·      Penerapan pembelajaran tematik untuk kelas 1 – 3 Madrasah Ibtidaiyah mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Lampiran Peraturan Menteri tersebut Bab II, Bagian B tentang Struktur Kurikulum Pendidikan Umum, butir 1.c. dinyatakan bahwa pembelajaran kelas 1 – 3  MI dilaksanakan melalui pendekatan tematik

·      Mencermati buku Model Pembelajaran tematik yang diterbitkan oleh BNSP dapat disimpulkan bahwa  ada  dua alasan mendasar diterapkan pembelajaran tematik untuk kelas 1 – 3 MI, yaitu

     
      Pertama: Perkembangan psikologis anak
            Anak yang duduk di kelas awal MI adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini merupakan masa perkembangan  yang sangat penting   dan  sering disebut “The Golden Years”  bagi kehidupan seseorang.
Piaget (1950)  menyatakan bahwa setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap obyek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang obyek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan obyek dengan konsep yang sudah ada dalam pikirannya) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Belajar dimaknai sebagai proses interaksi  diri anak dengan lingkungannya. Anak belajar dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui,  dan diraba.

      Kedua : Pembelajaran bermakna.
                                    Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta belaka, tetapi kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Hal ini sejalan dengan falsafah  konstruktivisme yang menyatakan bahwa manusia mengkontruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak.
           
  1. Manakah lebih baik, pembelajaran dengan  pola jam pelajaran atau  tematik?
      Dengan memperhatikan kedua alasan diberlakukannya pembelajaran tematik jelaslah bahwa pembelajaran tematik lebih baik dari pada pelajaran dengan pola mata pelajaran. Selain itu ada beberapa keuntungan lain dilaksanakan pembelajaran tematik.




      Apabila pembelajaran  betul-betul dilaksanakan secara tematik, maka akan diperoleh keuntungan-keuntungan berikut:

a.       Pembelajaran menjadi menyenangkan
³ Siswa sungguh senang karena pembelajaran dikelola sesuai dengan perkembangan jiwa anak. Dengan pembelajaran tematik, khususnya dengan buku  Grasindo,  setiap hari  siswa diajak bernyanyi, bermain dan mendengarkan cerita.  Dunia anak adalah bermain, menyanyi dan mendengarkan  ceritera. Guru dapat leluasa mengatur waktu untuk ketiga kegiatan tersebut, sebab  kegiatan belajar tidak dikotak-kotak lagi dengan mata pelajaran.  Guru dan siswa tidak perlu bertanya, “Sekarang mata pelajaran apa?”
³ Siswa sungguh senang, karena  belajar dengan bermain dan melakukan  kegiatan kreatif.

b.       Siswa mudah memusatkan perhatian
      Dalam pembelajaran tematik kegiatan berjalan mengalir tanpa dipenggal-penggal dengan pergantian jam pelajaran. Perhatian siswa tidak terpecah-pecah. Lainnya halnya dengan pembelajaran yang disusun berdasarkan jam pelajaran. Setiap ganti jam pelajaran  siswa harus kembali dari awal. Mengingat kembali materi terakhir pada hari sebelumnya. Seringkali ada kegiatan yang belum tuntas terpaksa harus diakhiri karena ada pergantian jam pelajaran. Lebih bermasalah lagi kalau gurunya juga harus ganti.
     
c.       Penguasaan kompetensi akan lebih kuat dan mendalam.
      Dengan perhatian yang lebih terpusat dan kegiatan yang lebih tuntas, ditambah lagi dengan suasana yang menyenangkan  serta materi sesuai dengan konteksnya, maka dapat  diharapkan penguasaan kompetensi siswa lebih kuat dan mendalam. 

d.      Hemat waktu
            Dalam pembelajaran dengan mata pelajaran sering ditemukan tumpang tindih. Misalnya Pelajaran Bahasa Indonesia memerlukan wacana sebagai sumber belajar. Dalam  wacana tersebut memuat materi pelajaran lain.  Selain itu  ketika siswa menyusun atau membuat kalimat, mendeskripsikan suatu benda,  dan menceritakan  pengalaman sering terkait dengan materi pelajaran lain. Sebaliknya semua matapelajaran di luar Bahasa Indonesia pun anak harus menyusun kalimat, mendeskripsikan suatu benda dan sebagainya, yang sebetulnya hal itu terkait dengan pelajaran bahasa Indonesia. Dengan  pembelajaran tematik tidak perlu dibedakan antara kalimat pelajaran Bahasa Indonesia atau kalimat pelajaran lainnya. Dengan demikian jelaslah bahwa pembelajaran tematik sungguh-sungguh menghemat waktu.

  1. Apakah yang dimaksud pembelajaran tematik?
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang mengggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran.
Batasan waktu dan cakupan materi kegiatan siswa di sekolah  didasarkan pada tema yang dikembangkan, bukan didasarkan pada jadwal mata pelajaran.


  1. Bagaimanakah sesungguhnya  yang paling baik pelaksanaan pembelajaran tematik?
      Ada beberapa kemungkinan model pembelajaran tematik. Menurut pengalaman kami, yang sudah melaksanakan sejak tahun 2004  degan beberapa model pembelajaran tematik,  maka pembelajkaran tematik yang paling baik adalah sebagai berikut:
³ Polanya mengikuti pola yang dikeluarkan oleh BNSP, yaitu ada kegiatan pembuka, inti dan penutup.
³ Sesuai dengan tujuannya, maka kegiatan pembuka  dan penutup lebih banyak dalam bentuk nyanyian,  permaian, mendengarkan cerita, pesan moral dan kegiatan sejenis lainnya. Terhadap kegiatan-kegiatan tersebut tidak dapat ditanyakan mata pelajaran apa. Dengan demikian tidak dapat dibuat jadwal mata pelajaran.
³ Memperhatikan hal tersebut dan juga untuk menghindari terjadinya tumpang tindih, maka dalam pembelajaran tematik tidak perlu ada jadwal mata pelajaran.
³ Fakta bahwa dalam satu kegiatan siswa belajar berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran. Maka yang paling ideal dalam pembelajaran tematik tidak ada jadwal metapelajaran. 


  1. Bagaimanakah jika pembelajaran tematik menggunakan Jadwal Mata pelajaran?
      Menjawab pertanyaan ini  perlu ditanyakan balik: Mengapa dalam pembelajaran harus dengan jadwal? Pencapaian kompetensi sesuai dengan tuntutan Standar Isi 2006  merupakan tujuan siswa belajar. Maka yang harus menjadi prioritas adalah bagaimana kompetensi tersebut dapat tercapai. Tidak terlalu penting bagi anak untuk mengetahui mata pelajaran apa yang sedang dipelajari. Apalagi siswa sungguh ditempatkan sebagai subyek belajar, maka kepentingan siswa harus lebih diprioritaskan, termasuk memperhatikan karakteristik perkembangan jiwa dan cara siswa belajar.
Keuntungan penggunaan jadwal mata pelajaran adalah:
-Siswa dan orangtua akan mudah menyiapkan buku catatan
-Sekolah yang  menggunakan sistem guru mata pelajaran akan mudah            mengatur pembagian tugas guru.
Kerugian penggunaan jadwal mata pelajaran untuk pembelajaran tematik:
-Guru kurang leluasa mengatur waktu
-Kegiatan pembuka dan penutup kemungkinan besar akan dihilangkan,        karena tidak dapat secara tegas dapat dimasukkan  pada mata            pelajaran tertentu.
-Pembelajaran dapat menjadi ”kurang tematis”, karena aliran temanya           terpenggal oleh pergantian jam
-Terjadinya tumpang tindih dan pengulangan materi dan kegiatan
-Semuanya kerugian itu akan berdampak pada kurang perhatian dan minat siswa terhadap pembelajaran.

            Yang utama dalam pembelajaran tematik adalah ”siswa belajar atau           melakukan  kegiatan apa” bukan ”siswa belajar mata pelajaran apa”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar